Makalah PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH
Kata Pengantar
Puji syukur
saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada saya sehingga saya berhasil menyelesaikan Karya Ilmiah ini
yang Alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul
“PENDIDIKAN
KARAKTER DI SEKOLAH”
Karya Ilmiah
ini berisikan tentang informasi Pengertian Pendidikan
Karakter Di Sekitar Kita
atau yang lebih khususnya membahas penerapan Berkarakter di sekitar kita. Diharapkan Karya
Ilmiah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang pendidikan
karakter di sekitar kita.
Saya
menyadari bahwa Karya Ilmiah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu saya harapkan
demi kesempurnaan Karya Ilmiah ini.
Akhir kata,
saya sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam
penyusunan Karya Ilmiah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa
meridhai segala usaha kita. Amin.
Penulis
Daftar Isi
Halaman
Judul..............................................
Halaman
Pengesahan..........................................
Kata
Pengantar.............................................
Daftar
Isi..................................................
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah.................................
1.2
Rumusan Masalah........................................
1.3
Tujuan Penulisan.......................................
1.4 Manfaat
Penulisan......................................
1.5
Pembatasan Masalah.....................................
1.6
Metode Penulisan.......................................
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pendidikan Berkarakter
....................
2.2 Perbedaan Karakter dan Kepribadian.................
2.3 Sejarah Munculnya Pendidikan
Karakter...................
2.4 Nilai-Nilai Dalam Pendidikan
Karakter.....................
2.5 Contoh Program Pendidikan
Karakter
2.5.1 Lingkungan
Sekolah
2.5.2 Lingkungan
Keluarga
2.6 Fungsi Dan Tujuan Pendidikan
Karakter..............
2.7 Prinsip Pendidikan Karakter............
2.8 Aktivitas
pendidikan berkarakter di sekolah ....................
2.9 Peran
guru dalam membentuk karakter siswa.
...............................
2.10 Penyimpangan
karakter pada siswa.....................................
2.11 Cara
menumbuhkan pendidikan berkarakter pada jati diri siswa.
2.12 Contoh-contoh perilaku penurunan moral
2.13 Sebab-sebab penurunan moral
2.14 Dampak penurunan moral
2.15 Upaya meminimalisir penurunan
moral
2.16 Pengaruh penurunan
moral terhadap prestasi belajar
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan............................................
3.2
Kritik................................................
3.3 Saran.................................................
Daftar
Pustaka
BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar belakang masalah
Persolan budaya dan
karakter bangsa kini menjadi sorotan tajam masyarakat, baik itu melalui media
cetak, wawancara, dialog dan lain sebagainya. Persoalan yang muncul di masyarakat
seperti korupsi, kekerasan, kejahatan seksual, perusakan yang terjadi
dimana-mana, sirkulasi ekonomi yang terhambat serta dunia politik yang menuai
pro dan kontra menjadi salah satu topik yang hangat di masyarakat. Berbagai
alternatif penyelesaian masalah ini telah dilakukan seperti peraturan,
undang-undang.
Pendidikan karakter
sebenarnya bukan hal yang baru. Sejak awal kemerdekaan, masa orde lama, masa
orde baru, dan masa reformasi sudah dilakukan dengan nama dan bentuk yang
berbeda-beda.
Situasi sosial, kultural
masyarakat kita akhir-akhir ini memang semakin mengkhawatirkan. Ada berbagai
macam peristiwa dalam pendidikan yang semakin merendahkan harkat dan martabat
manusia. Hancurnya nilai-nilai moral, merebaknya ketidakadilan, menjamurnya kasus
korupsi, terkikisnya rasa solidaritas telah terjadi dalam dunia pendidikan kita?
Rupanya usaha perbaikan di bidang pendidikan dirasa tidak hanya cukup dengan
perbaikan sarana dan prasarana pendidikan saja, melainkan membutuhkan
perencanaan kurikulum yang sangat matang yang sesuai dengan kondisi dan
kebutuhan bangsa.
Namun hingga saat ini
belum menunjukkan hasil yang optimal, terbukti dari fenomena sosial yang
menunjukkan perilaku yang tidak berkarakter sebagaimana disebut di atas.
Dalam Undang-undang No. 20
tahun 2003 tentang Sistem pendidikan Naional telah ditegaskan bahwa
“Pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.”
Namun tampaknya upaya pendidikan
yang dilakukan oleh lembaga pendidikan dan institusi pembina lain belum
sepenuhnya mengarahkan dan mencurahkan perhatian secara komprehensif pada upaya
pencapaian tujuan pendidikan nasional.nerapan hukum yang lebih kuat.
Kepedulian masyarakat terhadap
pendidikan budaya dan karakter bangsa juga telah menjadi perhatian pemerintah.
Pemerintah telah mengembangkan pendidikan budaya dan karakter bangsa ini
melalui Departemen Pendidikan Nasional. Karena itulah kami tertarik menjadikan
topik ini sebagai bahasan karya ilmiah sederhana yang akan kami tulis.
1.3 Rumusan
masalah
Dari latar belakang
masalah tersebut,dapat dirumuskan masalah,antara lain :
1.3.1 Bagaimana
Fungsi dan tujuan Pendidikan Karakter?
1.3.2 Bagaimana
nilai-nilai pendidikan berkarakter?
1.3.3 Bagaimana
proses perencanaan pendidikan karakter di sekolah menengah pertama?
1.3.4 Bagaimana
aktivitas pendidikan berkarakter di sekolah?
1.3.5 Bagaimana
proses evaluasi pendidikan karakter di sekolah menengah pertama?
1.3.6 Bagaimana peran
guru dalam membentuk karakter siswa?
1.3.7 Bagaimana penyimpangan
karakter pada siswa?
1.3.8 Bagaimana upaya
mengurangi atau bahkan menghilangkan penyimpangan karakter?
1.3.9 Bagaimana cara
menumbuhkan pendidikan berkarakter pada jati diri siswa?
1.4 Tujuan
Penulisan
Adapun tujuan dari karya
ilmiah ini adalah sebagai berikut :
1.4.1 Menjelaskan pengertian pendidikan karakter.
1.4.2 Menjelaskan bagaimana pendidikan karakter disekolah
1.4.3 Menjelaskan tentang pentingnya pendidikan karakter.
1.4.4 Menjelaskan tentang perbedaan pendidikan karakter dan kepribadian
1.4.5 Menjelaskan tentang dampak pendidikan karakter
1.4.6 Menjelaskan peran guru dalam pendidikan karakter
1.4.7 Untuk
mengetahui fungsi dan tujuan Pendidikan Karakter.
1.4.8 Mengetahui nilai-nilai
pendidikan berkarakter.
1.4.9 Untuk
mengetahui proses perencanaan pendidikan karakter di sekolah.
1.4.10 Untuk
mengetahui aktivitas pendidikan berkarak
1.4.11 Untuk
mengetahui peran guru dalam membentuk karakter siswa.
1.4.12 Mengetahui
penyimpangan karakter pada siswa.
1.4.13 Untuk
mengetahui upaya mengurangi atau bahkan menghilangkan penyimpangan karakter.
1.4.14 Mengetahui
cara menumbuhkan pendidikan berkarakter pada jati diri siswa.
1.5 Manfaat
Penulisan.
Dari tujuan penulisan
tersebut, dapat ditulis manfaat penulisan, sebagai berikut :
1.5.1 Agar
pembaca mengetahui fungsi dan tujuan Pendidikan Karakter.
1.5.2 Agar
pembaca mengerti nilai-nilai pendidikan berkarakter.
1.5.3 Agar
mengetahui proses perencanaan pendidikan karakter di sekolah menengah
pertama.
1.5.4 Agar
mengetahui aktivitas pendidikan berkarakter di sekolah
1.5.5 Agar
mengetahui peran guru dalam membentuk karakter siswa
1.5.6 Agar
pembaca mengerti penyimpangan karakter pada siswa
1.5.7 Agar
pembaca mengetahui upaya mengurangi atau bahkan menghilangkan penyimpangan
karakter
1.5.8 Agar
pembaca mengerti cara menumbuhkan pendidikan berkarakter pada jati diri siswa
1.6 Metode
penelitian
1.6.1
Mengamati kondisi di lapangan
1.6.2 Browsing di
Internet.
1.6.2 Membaca
buku pendukung
Bab II
Pembahasan
2.1 Pengertian Pendidikan Berkarakter.
Pendidikan
karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada siswa
sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan
tindakan. Untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang
Maha Esa, diri sendiri, dan sesama.Untuk itu proses pendidikan
karakter di sekolah melibatkan semua komponen seperti isi kurikulum, proses
pembelajaran dan penilaian, kualitas hubungan, penanganan atau pengelolaan mata
pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan
ekstrakurikuler, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan kerja seluruh
warga dan lingkungan sekolah.
Adapun
pengertian pendidikan berkarakter menurut para ahli :
Menurut
Ratna Megawangi (2004:95), “Sebuah usaha untuk mendidik anak – anak agar
dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktekkannya dalm kehidupan
sehari – hari, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang positif kepada
lingkungannya”.
Definisi lainnya
dikemukakan oleh Fakry Gaffar (2010:1), “Sebuah proses transformasi
nilai – nilai kehidupan untuk ditumbuh kembangkan dalam kepribadian seseorang
sehingga menjadi satudalam perilaku kehidupan orang itu”
Dalam
buku Pendidikan Karakter, Kajian Teori dan Praktik di Sekolah (2011:5), “Pembelajaran
yang mengarah pada penguatan dan pengembangan perilaku anak secara utuh
yang didasarkan pada suatu nilai tertentu yang dirujuk oleh sekolah”.
Pendidikan Karakter Menurut Kamus Psikologi, yaitu kepribadian
ditinjau dari titik tolak etis atau moral, misalnya kejujuran seseorang, dan
biasanya berkaitan dengan sifat-sifat yang relatif tetap (Dali Gulo, 1982:
p.29).
2.2 Perbedaan Karakter dan Kepribadian.
Kepribadian adalah hadiah dari
Tuhan Sang Pencipta saat manusia dilahirkan dan setiap orang yang
memiliki kepribadian pasti ada kelemahannya
dan kelebihannya di aspek kehidupan sosial dan masing-masing pribadi. Kepribadian manusia secara umum
ada 4, yaitu :
1. Koleris : tipe ini bercirikan
pribadi yang suka kemandirian, tegas, berapi-api, suka tantangan, bos atas
dirinya sendiri.
2. Sanguinis : tipe ini bercirikan
suka dengan hal praktis, happy dan ceria selalu, suka kejutan, suka sekali
dengan kegiatan social dan bersenang-senang.
3. Phlegmatis : tipe ini
bercirikan suka bekerjasama, menghindari konflik, tidak suka perubahan
mendadak, teman bicara yang enak, menyukai hal yang pasti.
4. Melankolis : tipe ini bercirikan
suka dengan hal detil, menyimpan kemarahan, Perfection, suka instruksi yang
jelas, kegiatan rutin sangat disukai.
Saat
setiap manusia belajar untuk mengatasi dan
memperbaiki kelemahannya, serta memunculkan kebiasaan positif yang baru, inilah
yang disebut dengan Karakter. Misalnya, seorang
dengan kepribadian Sanguin yang sangat
suka bercanda dan terkesan tidak serius, lalu sadar dan belajar sehingga mampu membawa
dirinya untuk bersikap serius dalam situasi yang membutuhkan ketenangan dan
perhatian fokus, itulah Karakter. Pendidikan Karakter adalah
pemberian pandangan mengenai berbagai jenis nilai hidup, seperti
kejujuran, kecerdasan, kepedulian dan lain-lainnya.
Dan
itu adalah pilihan dari masing-masing individu yang perlu dikembangkan dan
perlu di bina, sejak usia
dini(idealnya).
Karakter
tidak bisa diwariskan, karakter tidak bisa dibeli dan karakter tidak bisa
ditukar. Karakter harus dibangun dan dikembangkan secara
sadar hari demi hari dengan melalui suatu proses yang tidak instan.
Karakter bukanlah sesuatu bawaan sejak lahir yang tidak dapat diubah lagi
seperti sidik jari.Banyak kami perhatikan bahwa orang-orang dengan karakter
buruk cenderung mempersalahkan keadaan mereka. Mereka sering menyatakan bahwa
cara mereka dibesarkan yang salah, kesulitan keuangan, perlakuan orang lain
atau kondisi lainnya yang menjadikan mereka seperti sekarang ini. Memang benar
bahwa dalam kehidupan, kita harus menghadapi banyak hal di luar kendali kita,
namun karakter Anda tidaklah demikian. Karakter Anda selalu merupakan hasil
pilihan Anda.
Ketahuilah
bahwa Anda mempunyai potensi untuk menjadi seorang pribadi yang berkarakter,
upayakanlah itu. Karakter, lebih dari apapun dan akan menjadikan Anda seorang
pribadi yang memiliki nilai tambah. Karakter akan
melindungi segala sesuatu yang Anda hargai dalam kehidupan ini.
Setiap
orang bertanggung jawab atas karakternya. Anda memiliki kontrol
penuh atas karakter Anda, artinya Anda tidak dapat menyalahkan orang lain
atas karakter Anda yang buruk karena Anda yang bertanggung jawab penuh.
Mengembangkan
karakter adalah tanggung jawab pribadi Anda.
2.3 Sejarah Munculnya Pendidikan Karakter
Pendidikan Karakter dipakai secara khusus dalam
konteks pendidikan, dan baru muncul pada akhir abd ke-18, dan untuk pertam
kalinya dicetuskan oleh pedadog Jerman F.W Foerster. Terminologi ini mengacu
pada sebuah pendekatan idealis-spiritualis dalam pendidikan yang juga dikenal
dengan teori Pendidikan Normatif. Yang menjadi prioritas ialah nilai – nilai
teransenden yang dipercaya sebagai motor penggerak sejarah, baik individu
maupun bagi sebuah perubahan sosial.
Namun sebenarnya Pendidikan Karakter telah lama
menjadi bagian inti sejarah pandidikan itu sendiri.
Lahirnya Pendidikan Karakter bisa dikatakan
sebagai sebuah usaha untuk menghidupkan kembali pedagogi ideal-spiritual yang
sempat hilang oleh Positivme yang dipelopori oleh filsuf Perancis
Auguste Comte. Foerster menolak gagasan yangmeredusir pengalaman manusia pada
sekedar bentuk murni hidup alamiah.
2.4 Nilai-nilai Dalam Pendidikan
karakter
Ada
18 butir nilai-nilai pendidikan karakter yaitu , Religius, Jujur,Toleransi, Disiplin,
Kerja Keras, Kreatif, Mandiri, Demokratis, Rasa Ingin Tahu,Semangat
Kebangsaan,Cinta tanah
air,Menghargai prestasi,Bersahabat/komunikatif,Cinta Damai,Gemar membaca,
Pedulilingkungan, Peduli social, Tanggung jawab.
2.5 Contoh Program
Pendidikan karakter.
2.5.1
Lingkungan Sekolah:
o Training Guru
Terkait
dengan program pendidikan karakter disekolah, bagaimana menjalankan dan
melaksanakan pendidikan karakter disekolah, serta bagaimana cara menyusun
program dan melaksanakannya, dari gagasan ke tindakan.
Program
ini membekali dan memberikan wawasan pada guru tentang psikologi anak, cara
mendidik anak dengan memahami mekanisme pikiran anak dan 3 faktor kunci untuk
menciptakan anak sukses, serta kiat praktis dalam memahami dan mengatasi anak
yang “bermasalah” dengan perilakunya.
o Program Bimbingan Mental
Program
ini terbagi menjadi dua sesi program :
Sesi
Workshop Therapy, yang dirancang khusus untuk siswa usia 12 -18 tahun. Workshop
ini bertujuan mengubah serta membimbing mental anak usia remaja. Workshop ini
bekerja sebagai “mesin perubahan instant” maksudnya setelah mengikuti program
ini anak didik akan berubah seketika menjadi anak yang lebih positif.
Sesi
Seminar Khusus Orangtua Siswa, membantu orangtua mengenali anaknya dan
memperlakukan anak dengan lebih baik, agar anak lebih sukses dalam
kehidupannya. Dalam seminar ini orangtua akan mempelajari pengetahuan dasar
yang sangat bagus untuk mempelajari berbagai teori psikologi anak dan keluarga.
Memahami konsep menangani anak di rumah dan di sekolah, serta lebih mudah
mengerti dan memahami jalan pikiran anak, pasangan dan orang lain.
2.5.2
Lingkungan Keluarga:
o Membangun Karakter Anak
Sejak Usia Dini.
Karakter
akan terbentuk sebagai hasil pemahaman 3 hubungan yang pasti dialami setiap
manusia (triangle relationship), yaitu hubungan dengan diri sendiri
(intrapersonal), dengan lingkungan (hubungan sosial dan alam sekitar), dan
hubungan dengan Tuhan YME (spiritual). Setiap hasil hubungan tersebut akan
memberikan pemaknaan/pemahaman yang pada akhirnya menjadi nilai dan keyakinan
anak. Cara anak memahami bentuk hubungan tersebut akan menentukan cara anak
memperlakukan dunianya. Pemahaman negatif akan berimbas pada perlakuan yang
negatif dan pemahaman yang positif akan memperlakukan dunianya dengan positif.
Untuk itu, Tumbuhkan pemahaman positif pada diri anak sejak usia dini, salah
satunya dengan cara memberikan kepercayaan pada anak untuk mengambil keputusan
untuk dirinya sendiri, membantu anak mengarahkan potensinya dengan begitu
mereka lebih mampu untuk bereksplorasi dengan sendirinya, tidak menekannya baik
secara langsung atau secara halus, dan seterusnya.
Biasakan
anak bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Ingat pilihan
terhadap lingkungan sangat menentukan pembentukan karakter anak. Seperti kata
pepatah bergaul dengan penjual minyak wangi akan ikut wangi, bergaul dengan
penjual ikan akan ikut amis. Seperti itulah, lingkungan baik dan sehat akan
menumbuhkan karakter sehat dan baik, begitu pula sebaliknya. Dan yang tidak
bisa diabaikan adalah membangun hubungan spiritual dengan Tuhan Yang Maha Esa.
Hubungan
spiritual dengan Tuhan YME terbangun melalui pelaksanaan dan penghayatan ibadah
ritual yang terimplementasi pada kehidupan sosial.
2.6 Fungsi dan tujuan Pendidikan Karakter.
Pendidikan
karakter berfungsi untuk:
Ö mengembangkan
potensi dasar siswa agar berhati baik, berpikiran baik, dan berperilaku baik.
Ö memperkuat
dan membangun perilaku siswa yang multikultur.
Ö meningkatkan
peradaban siswa yang kompetitif dalam pergaulan.
2.7 Prinsip Pendidikan
Karakter
Character
Education Quality Standards merekomendaikan sebelas prinsip untuk mewujudkan
pendidikan karakter yang efektif, sebagai berikut:
Ø Mempromosikan nilai-nilai
dasar etika sebagai basis karakter.
Ø Mengidentifikasikan karakter
secara komprehensif supaya mencakup pemikiran,
perasaan dan perilaku.
Ø Mengguanakan pendekatan yang
tajam, proaktif dan efektif untuk membangun karakter.
Ø Menciptakan komunitas sekolah
yang memiliki kepedulian.
Ø Memberi kesempatan kepada
siswa untuk menunjukkan perilaku yang baik.
Ø Memiliki cakupan terhadap
kurikulum yang bermakna dan menantang yang menghargai semua siswa, membangun
karakter mereka dan membantu mereka untuk sukses.
Ø Mengusahakan tumbuhnya motivasi
diri para siswa
Ø Memfungsikan seluruh staf
sekolah sebagai komunitas moral yang berbagi tanggung jawab untuk pendidikan
karakter yang setia kepada nilai dasar yang sama.
Ø Adanya pembagian kepimpinan
moral dan dukungan luas dalam membangun inisiatif pendidikan karakter.
Ø Memfungsikan keluarga dan
anggota masyarakat sebagai mitra dalam usaha membangun karakter.
Ø Mengevaluasi karakter
sekolah, fungsi staf sekolah sebagai guru-guru karakter, dan manifestasi
karakter positif dalam kehidupan siswa.
2.8 Aktivitas pendidikan berkarakter di sekolah.
a. Pembelajaran umum
Dilakukan secara bersama (semua jenjang atau perjenjang kelas), dengan aktivitas: seminar, talk show, kesaksian, demonstrasi (seni, OR, ketrampilan, kreativitas, dan lain-lain yang sudah dimiliki siswa melalui kegiatan ekstrakurikuler maupun mandiri). Tujuan: Menambah wawasan, mengembangkan adversity question, spiritual question. Pengenalan diri dan kemampuan mengeksplorasi diri serta penghargaan terhadap kemampuan orang lain.
Dilakukan secara bersama (semua jenjang atau perjenjang kelas), dengan aktivitas: seminar, talk show, kesaksian, demonstrasi (seni, OR, ketrampilan, kreativitas, dan lain-lain yang sudah dimiliki siswa melalui kegiatan ekstrakurikuler maupun mandiri). Tujuan: Menambah wawasan, mengembangkan adversity question, spiritual question. Pengenalan diri dan kemampuan mengeksplorasi diri serta penghargaan terhadap kemampuan orang lain.
b. Pembelajaran klasikal
Dilakukan di dalam kelas dengan berbagai metode dan topik yang mengacu pada kompetensi dasar:
Dilakukan di dalam kelas dengan berbagai metode dan topik yang mengacu pada kompetensi dasar:
1). Sikap dan perilaku yang hubungannya dengan Tuhan
2). Sikap dan perilaku yang hubungannya dengan diri sendiri
3). Sikap dan perilaku yang hubungannya dengan keluarga
4). Sikap dan perilaku yang hubungannya dengan masyarakat dan bangsa
5). Sikap dan perilaku yang hubungannya dengan alam sekitar.
c. Pembelajaran
lapangan/pendidikan berbasis masyarakat/sekolah alam
Program kegiatan: live in, bakti sosial, Camp (perkemahan), sanggar belajar.
Program kegiatan: live in, bakti sosial, Camp (perkemahan), sanggar belajar.
Tujuan: agar siswa mengenal dan mampu beradaptasi
serta berinteraksi secara sehat dengan masyarakat yang heterogen tanpa
kehilangan identitas diri. Meningkatkan dan mewujudkan kepedulian dan kepekaan
sosial.
Mengenal dan mampu beradaptasi serta memanfaatkan
lingkungan bagi kesejahteraan hidup. Mengembangkan minat dan menumbuhkan
motivasi instrinsik serta dapat mengembangkan dan memperoleh pengalaman.
d. Pendampingan mentor
Penunjukan siswa senior untuk dapat memberikan pendampingan terhadap yuniornya dalam menghadapi berbagi problematika pengembangan diri dan pergaulan. Tujuan: melatih kemandirian dan memupuk rasa tanggung jawab. Mampu memahami perasaan dan masalah orang lain serta mendengarkan ide-ide dan mengatasi masalah secara bertanggung jawab. Meningkatkan rasa percaya diri dan hubungan yang mendalam serta penerimaan apa adanya terhadap orang lain. Memperdalam pemahaman nilai-nilai moral dan kebenaran.
Penunjukan siswa senior untuk dapat memberikan pendampingan terhadap yuniornya dalam menghadapi berbagi problematika pengembangan diri dan pergaulan. Tujuan: melatih kemandirian dan memupuk rasa tanggung jawab. Mampu memahami perasaan dan masalah orang lain serta mendengarkan ide-ide dan mengatasi masalah secara bertanggung jawab. Meningkatkan rasa percaya diri dan hubungan yang mendalam serta penerimaan apa adanya terhadap orang lain. Memperdalam pemahaman nilai-nilai moral dan kebenaran.
e. Belajar membelajarkan
Aktivitas dilakukan dalam kelompok kecil di kelas dengan membahas topik-topik permasalah/isu-isu up to date dalam diri siswa dan di masyarakat. Guru bertindak sebagai pengamat. Tujuan: memupuk dan mengembangkan cara berpikir kritis, kreatif, etis dan menghargai orang lain.
Aktivitas dilakukan dalam kelompok kecil di kelas dengan membahas topik-topik permasalah/isu-isu up to date dalam diri siswa dan di masyarakat. Guru bertindak sebagai pengamat. Tujuan: memupuk dan mengembangkan cara berpikir kritis, kreatif, etis dan menghargai orang lain.
Mengembangkan rasa percaya diri, berani namun
sopan.
Menguatkan nilai-nilai moral dan kebenaran yang
telah dimiliki.
Sistem
evaluasi pendidikan karakter:
Evaluasi pendidikan karakter mencakup 3 aspek kecerdasan:
Evaluasi pendidikan karakter mencakup 3 aspek kecerdasan:
a. Kognitif: melalui obyektif
test dan essay test
b. Afekti dan konatif: melalui essay test dan pengamatan
c. Psikomotorik: melalui pengamatan
b. Afekti dan konatif: melalui essay test dan pengamatan
c. Psikomotorik: melalui pengamatan
2.9 Peran guru dalam
membentuk karakter siswa.
Selain
guru mengajar dan mendidik siswanya, prilaku dan tingkah laku guru biasanya
ditiru oleh siswa. Perilaku ini akan membentuk karakter siswa. Contohnya :
« Guru
datang tepat waktu (contoh nilai yang ditanamkan: disiplin)
« Guru
mengucapkan salam dengan ramah kepada siswa ketika memasuki ruang
kelas (contoh nilai yang ditanamkan: santun, peduli)
« Berdoa
sebelum membuka pelajaran (contoh nilai yang ditanamkan: religius)
« Mengecek
kehadiran siswa (contoh nilai yang ditanamkan: disiplin, rajin)
« Mendoakan
siswa yang tidak hadir karena sakit atau karena halangan lainnya
(contoh nilai yang ditanamkan: religius, peduli)
« Memastikan
bahwa setiap siswa datang tepat waktu (contoh nilai yang
ditanamkan: disiplin)
« Menegur
siswa yang terlambat dengan sopan (contoh nilai yang ditanamkan:
disiplin, santun, peduli
2.10 Penyimpangan
karakter pada siswa.
Meskipun
guru telah mengajarkan nilai-nilai karakter yang baik kepada siswa, kadangkala
siswa tidak menuruti atau tidak mematuhi nilai karakter tersebut. Contohnya :
1.
Siswa tidak jujur ketika mengerjakan soal ujian.
2.
Tidak disiplin ketika mengikuti upacara bendera
(tidak memakai atribut yang lengkap) .
3.
Tidak bertanggung jawab terhadap kesalahan.
4.
Bertengkar karena suatu permasalahan
(merupakan contoh siswa yang tidak cinta damai)
5.
Dll.
Upaya
mengurangi atau bahkan menghilangkan penyimpangan karakter pada siswa.
À Bagi orang tua, sebaiknya lebih
memperhatikan anaknya
À Orangtua mengutamakan waktu bersama dengan
keluarga walaupun jam kerja padat
À Bagi para guru, sebaiknya mulai menerapkan
proses pembelajaran yang aktif dan menyenangkan serta membantu siswa yang
mengalami kesulitan dalam suatu mata pelajaran.
À Guru yang menjadi contoh dan panutan di
sekolah juga harus dapat memberi contoh yang baik kepada murid-muridnya,
seperti berpakaian rapi, berkata sopan, disiplin, perhatian kepada murid dan
menjaga kebersihan.
À Melakukan kegiatan-kegiatan rutin di
sekolah, seperti setiap hari senin melakukan upacara bendera, berdoa sebelum
dan sesudah pelajaran, mengucap salam bila bertemu guru atau teman.
À Mengkoreksi perbuatan yang kurang baik
secara spontan, misalnya menegur ketika siswa berteriak-teriak ketika proses
pembelajaran berlangsung.
À Memuji perbuatan yang baik , misalnya
memperoleh nilai tinggi, membantu teman atu bahkan memperoleh prestasi dibidang
seni atau olahraga.
À Sekolah sebaiknya mendukung program
pendidikan budaya dan karakter bangsa dalam perwujudan misalnya toilet sekolah
yang bersih, bak sampah terletak di berbagai tempat dan kondisi sekolah yang
bersih.
À Kita sendiri sebagai pelajar, hendaknya
dapat menyaring hal-hal yang baik menurut kita dan hal-hal yang buruk bagi
kita.
2.11 Cara menumbuhkan
pendidikan berkarakter pada jati diri siswa.
§ Dibekali dengan ilmu
pengetahuan
§ Meningkatkan motivasi siswa
dalam meraih prestasi.
§ Memberi ruang kepercayaaan
pada diri bahwa karakter yang tidak baik bisa diubah menjadi karakter yang
baik.
§ Antara siswa dengan guru
sering berinteraksi,di dalam kelas maupun di luar kelas.
§ Berani mengakui kesalahan
dan mau berubah.
§ Harus menyelesaikan setiap
persoalan yang masih belum terselesaikan.
§ Dll.
2.12 Contoh-contoh
perilaku penurunan moral
Ada beberapa peristiwa
yang tergolong penyimpangan karakter di negeri ini. Contoh kecil saja, di zaman
yang sudah modern ini banyak orang yang lupa beretika, lupa menjaga sopan
santun, tak mau saling tolong menolong, tak bertanggung jawab, tidak tahu
batas-batas pergaulan dan masih banyak lagi. Hal sekecil itu saja sudah tak
terkendali, apalagi hal yang besar.
Realitanya, banyak makelar
kasus, penggelapan pajak, korupsi, kejahatan yang dilakukan oleh oknum-oknum
tak bertanggung jawab dan yang amat sangat memprihatinkan adalah perilaku
remaja Indonesia yang masih berada di usia sekolah. Menurut survey, pada tahun
2008 yang dilakukan di 33 provinsi di Indonesia sekitar 18.000 penduduk Indonesia
terjangkit penyakit HIV dan AIDS, 63% remaja melakukan hubungan seksual di luar
nikah, 21% diantaranya melakukan aborsi dan sekitar 3,2 juta penduduk Indonesia
adalah pemakai narkoba dan 1,1 juta diantaranya adalah pelajar tingkat SMP
hingga mahasiswa. Keadaan inilah yang membuat keadaan negeri ini semakin buruk.
2.13 Sebab-sebab
penurunan moral
Orang tua merupakan orang
yang paling dekat dengan anak sekaligus orang pertama yang memberikan kasih
sayang, bahkan ketika anak itu masih ada dalam kandungan.
Contohnya saja seorang
ayah mengumandangkan adzan dengan lirih di telinga sang anak ketika ia baru
saja dilahirkan, itulah bekal awal untuk mengawali hidup dengan kebaikan.
Sedangkan, ketika sang anak hendak tidur, ibulah yang menenangkan atau membacakan
dongeng untuknya.
Tidak hanya itu, ayah dan
ibu juga mengajari putra putrinya berjalan, berbicara dan mulai berkomunikasi
dengan orang lain. Dengan begitulah, orang tua memberi bekal utama dalam
megendalikan anaknya untuk menjadi anak yang baik.
Namun, kenyataannya ada
orang tua yang belum mengerti bagaimana cara mengasuh anak dengan penuh cinta
dan kasih sayang. Buktinya, ada saja orang tua yang menitipkan anaknya kepada
babby sitter atau pembantu rumah tangga.
Sehingga, anak tersebut
mendapatkan pendampingan tumbuh dan berkembang bukan dari orang tua yang
sudah berkeahlian mengurus anak dan tidak pula orang tua itu menjadi pendamping
terindah ketika anaknya tumbuh. Ada saja alasan yang dijadikan para orang tua
untuk memutuskan menitipkan anak kepada babby sitter.
Salah satu alasan
andalannya adalah karena harus mencari nafkah untuk membiayai anak itu,
padatnya jam kerja dan lain sebagainya. Seharusnya tidak begitu. Boleh saja
bekerja, tanpa melupakan tugas utama sebagai orang tua.
Ada pepatah bilang, bahwa
“segala sesuatu yang ditangani oleh orang yang bukan ahlinya, tunggulah saat
kehancurannya.” Berarti harusnya para orang tua harus memiliki kemampuan dalam
hal mengurus anak.
Tidak hanya itu, bentuk
perlakuan yang diterima anak dari orang tua dan lingkungan, menentukan kualitas
kepribadian seorang individu. Seseorang yang memiliki kepribadian lemah karena
ia kurang mendapat perhatian penuh dari orang tua, kurang rasa aman, sering
dimanjakan.
Sebaliknya, seseorang yang
memiliki kepribadian yang kuat karena ia telah mendapat perhatian penuh dari
orang tua, kehangatan jiwa dan pemberian pengalaman hidup dari orang tuanya.
Peran kedua sebagai
seseorang yang mengembangkan karakter anak adalah guru.
Sebagai seorang guru,
hendaknya memiliki kemampuan dalam mendidik siswanya terutama sering-sering
mengecek siswanya. Tidak hanya sekedar menghabiskan bab-bab pada buku
pelajaran, sekedar menyampaikan informasi atau mengejar target kurikulum
Menurut pengakuan salah
satu siswa, ada saja Penyakit guru
yang dapat mempengaruhi proses belajar mengajar di kelas, diantaranya :
1. Tidak punya selera mengajar
2. Kurang memperkaya materi (lemah sumber)
3. Kurang disiplin
4. Asal masuk kelas
5. Tidak bisa komputer
6. Kurang terampil
7. Asal sampaikan materi, urutan tidak akurat
8. Di kelas diremehkan anak
Hal yang seperti inilah
yang bisa menjadi salah satu penghambatnya.
Peran ketiga adalah
masyarakat atau tempat anak itu tinggal atau bermain atau bergaul. Anak bisa
terkontaminasi kebiasaan yang buruk akibat pengaruh luar. Sehingga, sedini
mungkin orang tua harus bisa menjaga anak-anaknya dari pengaruh luar yang
negatif.
2.14 Dampak
penurunan moral
2.14.1 Banyak anak berperilaku anarkis
2.14.2 Banyak anak tidak memiliki sikap yang santun terhadap orang lain
2.14.3 Tidak mau tolong menolong dengan sesama
2.14.4 Tidak menghargai sesuatu
2.14.5 Banyak terjadi pemberontakan yang dilakukan anak terhadap orang
tuanya
2.14.6 Perubahan gaya hidup, mulai dari nilai-nilai agama, social dan
budaya
2.14.7 Jati diri bangsa Indonesia luntur
2.15 Upaya meminimalisir penurunan moral
2.15.1 Bagi pra orang tua, sebaiknya mulai sekarang
belajar bagaimana mengasuh anak yang baik dan benar dengan cara mengikuti parenting
education
2.15.2 Lebih memperhatikan anak dan mendampingi anak
dalam situasi apapun
2.15.3 Mengutamakan waktu bersama dengan keluarga walaupun jam kerja padat
2.15.4 Bagi para guru, sebaiknya mulai menerapkan
proses pembelajaran yang aktif dan menyenangkan serta membantu siswa yang
mengalami kesulitan dalam suatu mata pelajaran.
2.15.5 Guru yang menjadi contoh dan panutan di sekolah
juga harus dapat memberi contoh yang baik kepada murid-muridnya, seperti
berpakaian rapi, berkata sopan, disiplin, perhatian kepada murid dan menjaga
kebersihan.
2.15.6 Melakukan kegiatan-kegiatan rutin di sekolah,
seperti setiap hari senin melakukan upacar bendera, berdoa sebelum dan sesudah pelajaran,
mengucap salam bila bertemu guru atau teman
2.15.7 Mengkoreksi perbuatan yang kurang baik secara
spontan, misalnya menegur ketika siswa berteriak-teriak ketika proses
pembelajaran berlangsung
2.15.8 Memuji perbuatan tepuji, misalnya memperoleh
nilai tinggi, membantu teman atu bahkan memperoleh prestasi dibidang seni atau
olahraga
2.15.9 Sekolah sebaiknya mendukung program pendidikan
budaya ddan karakter bangsa dalam perwujudan misalnya toilet sekolah yang bersih,
bak sampah terletak di berbagai tempat dan kondisi sekolah yang bersih
2.15.10 Kita sendiri sebagai pelajar, hendaknya dapat
menyaring hal-hal yang baik menurut kita dan hal-hal yang buruk bagi kita
2.16 Pengaruh penurunan moral terhadap prestasi
belajar
Sebuah penelitian yang
sangat mengejutkan yang menyangkut kecerdasan seseorang dalam meraih kesuksesan
pernah dikemukakan oleh pakar kelas dunia, Daniel Goleman yang menyatakan bahwa
“80% kesuksesan seseorang ditentukan oleh kecerdasan emosinya (emotional
quotient=eq), sedangkan 20% ditentukan oleh IQnya.” Disinilah pembentukan
karakter itu sangat berperan untuk meraih kesuksesan. Jadi dapat disimpulkan
bahwa pendidikan karakter dapat dijadikan obat agar terjadi peningkatan
prestasi akademik pada siswa
2.17 Pendidikan Karakter yang Berhasil.
Keberhasilan program
pendidikan karakter dapat diketahui melalui pencapaian indikator oleh peserta
didik sebagaimana tercantum dalam Standar Kompetensi Lulusan SMP, yang antara
lain meliputi sebagai berikut:
§ Mengamalkan ajaran agama yang dianut sesuai dengan
tahap perkembangan remaja
§ Memahami kekurangan dan kelebihan diri sendiri.
§ Mematuhi aturan-aturan sosial yang berlaku dalam
lingkungan yang lebih luas.
§ Menghargai keberagaman agama, budaya, suku, ras, dan
golongan sosial ekonomi dalam lingkup nasional.
§ Menunjukkan sikap percaya diri.
§ Mencari dan menerapkan informasi dari lingkungan
sekitar dan sumber-sumber lain secara logis, kritis,dankreatif.
§ Menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif,
dan inovatif.
§ Menunjukkan kemampuan belajar secara mandiri sesuai
dengan potensi yang dimilikinya.
§ Menunjukkan kemampuan menganalisis dan memecahkan
masalah dalam kehidupan sehari-hari.
§ Mendeskripsikan gejala alam dan social.
§ Memanfaatkan lingkungan secara bertanggungjawab.
§ Menerapkan nilai-nilai kebersamaan dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara demi terwujudnya persatuan dalam Negara
kesatuan Republik Indonesia.
§ Menghargai karyaseni dan budayanasional.
§ Menghargai tugas pekerjaan dan memiliki kemampuan
untuk berkarya.
§ Menerapkan hidup bersih, sehat, bugar, aman, dan
memanfaatkan waktu luang dengan baik.
§ Berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan santun.
§ Memahami hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam
pergaulan di masyarakat;
§ Menghargai adanya perbedaan pendapat.
§ Menunjukkan kegemaran membaca dan menulis naskah
pendek sederhana.
§ Menunjukkan keterampilan menyimak, berbicara, membaca,
dan menulis dalam bahasa Indonesia danbahasa Inggris sederhana.
§ Menguasai pengetahuan yang diperlukan untuk mengikuti
pendidikan menengah.
§ Memiliki jiwa kewirausahaan.
§ Menunjukkan sikap percaya diri.
Pada tataran sekolah,
kriteria pencapaian pendidikan karakter adalah terbentuknya budaya sekolah,
yaitu perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol yang
dipraktikkan oleh semua warga sekolah, dan masyarakat sekitar sekolah harus
berlandaskan nilai-nilai tersebut.
BAB III
PENUTUP
· KESIMPULAN
Dari pembahasan di
atas penulis dapat menyimpulkan beberapa kategori yaitu:
Bangsa Indonesia telah berusaha untuk meningkatkan kesesuaian dan mutu pendidikan karakter melalui sekolah-sekolah, terutama Sekolah Menengah Pertama (SMP), karena anak usia SMP sangat cocok untuk diberi pembelajaran tentang pendidikan karakter.
Guru adalah orang tua para siswa. Karenanya, Rosulullah melarang para orangtua (guru) mendoakan keburukan bagi anak-didiknya. Mendoakan keburukan kepada anak merupakan hal yang berbahaya. Dapat mengakibatkan kehancuran anak dan masa depannya.
Bangsa Indonesia telah berusaha untuk meningkatkan kesesuaian dan mutu pendidikan karakter melalui sekolah-sekolah, terutama Sekolah Menengah Pertama (SMP), karena anak usia SMP sangat cocok untuk diberi pembelajaran tentang pendidikan karakter.
Guru adalah orang tua para siswa. Karenanya, Rosulullah melarang para orangtua (guru) mendoakan keburukan bagi anak-didiknya. Mendoakan keburukan kepada anak merupakan hal yang berbahaya. Dapat mengakibatkan kehancuran anak dan masa depannya.
Pendidikan karakter
bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di
sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia
peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang.
Bila pendidikan karakter telah mencapai keberhasilan, tidak diragukan lagi kalau masa depan bangsa Indonesia ini akan mengalami perubahan menuju kejayaan. Dan bila pendidikan karakter ini mengalami kegagalan sudah pasti dampaknya akan sangat besar bagi bangsa ini, negara kita akan semakin ketinggalan dari negara-negara lain.
Bila pendidikan karakter telah mencapai keberhasilan, tidak diragukan lagi kalau masa depan bangsa Indonesia ini akan mengalami perubahan menuju kejayaan. Dan bila pendidikan karakter ini mengalami kegagalan sudah pasti dampaknya akan sangat besar bagi bangsa ini, negara kita akan semakin ketinggalan dari negara-negara lain.
DAFTAR PUSTAKA
Wurianto, Arif Budi. 2010.
Pendidikan Karakter ( Character Building). Jakarta : Erlangga
Zuriah, Nurul. 2007. Pendidikan
Moral & Budi Pekerti Dalam Perspektif Perubahan. Jakarta: Bumi
Aksara.
Komentar