Makalah PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH


Kata Pengantar

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada saya sehingga saya berhasil menyelesaikan Karya Ilmiah ini yang Alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul
PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH
Karya Ilmiah ini berisikan tentang informasi Pengertian Pendidikan Karakter Di Sekitar Kita atau yang lebih khususnya membahas penerapan Berkarakter di sekitar kita. Diharapkan Karya Ilmiah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang pendidikan karakter di sekitar kita. 
Saya menyadari bahwa Karya Ilmiah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu saya harapkan demi kesempurnaan Karya Ilmiah ini.
Akhir kata, saya sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan Karya Ilmiah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.


       Penulis


     


Daftar Isi

Halaman Judul..............................................
Halaman Pengesahan..........................................
Kata Pengantar.............................................
Daftar Isi..................................................

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang Masalah.................................
1.2  Rumusan Masalah........................................
1.3  Tujuan Penulisan.......................................
1.4 Manfaat Penulisan......................................
1.5  Pembatasan Masalah.....................................
1.6  Metode Penulisan.......................................


BAB II PEMBAHASAN
2.1      Pengertian Pendidikan Berkarakter ....................
2.2      Perbedaan Karakter dan Kepribadian.................
2.3      Sejarah Munculnya Pendidikan Karakter...................
2.4      Nilai-Nilai Dalam Pendidikan Karakter.....................
2.5      Contoh Program Pendidikan Karakter
2.5.1   Lingkungan Sekolah
2.5.2   Lingkungan Keluarga

2.6      Fungsi Dan Tujuan Pendidikan Karakter..............
2.7      Prinsip Pendidikan Karakter............
2.8     Aktivitas pendidikan berkarakter di sekolah ....................
2.9     Peran guru dalam membentuk karakter siswa. ...............................
2.10  Penyimpangan karakter pada siswa.....................................
2.11  Cara menumbuhkan pendidikan berkarakter pada jati diri siswa.
2.12 Contoh-contoh perilaku penurunan moral
2.13 Sebab-sebab penurunan moral
2.14 Dampak penurunan moral
2.15 Upaya meminimalisir penurunan moral
2.16 Pengaruh penurunan moral terhadap prestasi belajar

BAB III PENUTUP
3.1  Kesimpulan............................................
3.2  Kritik................................................
3.3  Saran.................................................

Daftar Pustaka

BAB I
Pendahuluan

1.1     Latar belakang masalah
Persolan budaya dan karakter bangsa kini menjadi sorotan tajam masyarakat, baik itu melalui media cetak, wawancara, dialog dan lain sebagainya. Persoalan yang muncul di masyarakat seperti korupsi, kekerasan, kejahatan seksual, perusakan yang terjadi dimana-mana, sirkulasi ekonomi yang terhambat serta dunia politik yang menuai pro dan kontra menjadi salah satu topik yang hangat di masyarakat. Berbagai alternatif penyelesaian masalah ini telah dilakukan seperti peraturan, undang-undang.

Pendidikan karakter sebenarnya bukan hal yang baru. Sejak awal kemerdekaan, masa orde lama, masa orde baru, dan masa reformasi sudah dilakukan dengan nama dan bentuk yang berbeda-beda.

Situasi sosial, kultural masyarakat kita akhir-akhir ini memang semakin mengkhawatirkan. Ada berbagai macam peristiwa dalam pendidikan yang semakin merendahkan harkat dan martabat manusia. Hancurnya nilai-nilai moral, merebaknya ketidakadilan, menjamurnya kasus korupsi, terkikisnya rasa solidaritas telah terjadi dalam dunia pendidikan kita? Rupanya usaha perbaikan di bidang pendidikan dirasa tidak hanya cukup dengan perbaikan sarana dan prasarana pendidikan saja, melainkan membutuhkan perencanaan kurikulum yang sangat matang yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan bangsa.
Namun hingga saat ini belum menunjukkan hasil yang optimal, terbukti dari fenomena sosial yang menunjukkan perilaku yang tidak berkarakter sebagaimana disebut di atas.

Dalam Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem pendidikan Naional telah ditegaskan bahwa
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”
Namun tampaknya upaya pendidikan yang dilakukan oleh lembaga pendidikan dan institusi pembina lain belum sepenuhnya mengarahkan dan mencurahkan perhatian secara komprehensif pada upaya pencapaian tujuan pendidikan nasional.nerapan hukum yang lebih kuat.

Kepedulian masyarakat terhadap pendidikan budaya dan karakter bangsa juga telah menjadi perhatian pemerintah. Pemerintah telah mengembangkan pendidikan budaya dan karakter bangsa ini melalui Departemen Pendidikan Nasional. Karena itulah kami tertarik menjadikan topik ini sebagai bahasan karya ilmiah sederhana yang akan kami tulis.



1.3    Rumusan masalah
Dari latar belakang masalah tersebut,dapat dirumuskan masalah,antara lain :
1.3.1  Bagaimana Fungsi dan tujuan Pendidikan Karakter?

1.3.2  Bagaimana nilai-nilai pendidikan berkarakter?

1.3.3  Bagaimana proses perencanaan pendidikan karakter di sekolah menengah pertama?

1.3.4  Bagaimana aktivitas pendidikan berkarakter di sekolah?

1.3.5  Bagaimana proses evaluasi pendidikan karakter di sekolah menengah pertama?

1.3.6  Bagaimana peran guru dalam membentuk karakter siswa?

1.3.7  Bagaimana penyimpangan karakter pada siswa?

1.3.8  Bagaimana upaya mengurangi atau bahkan menghilangkan penyimpangan karakter?

1.3.9  Bagaimana cara menumbuhkan pendidikan berkarakter pada jati diri siswa?




1.4      Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari karya ilmiah ini adalah sebagai berikut :

1.4.1    Menjelaskan pengertian pendidikan karakter.
1.4.2    Menjelaskan bagaimana pendidikan karakter disekolah
1.4.3    Menjelaskan tentang pentingnya pendidikan karakter.
1.4.4    Menjelaskan tentang perbedaan pendidikan karakter dan kepribadian
1.4.5    Menjelaskan tentang dampak pendidikan karakter
1.4.6    Menjelaskan peran guru dalam pendidikan karakter
1.4.7  Untuk mengetahui fungsi dan tujuan Pendidikan Karakter.
1.4.8  Mengetahui nilai-nilai pendidikan berkarakter.
1.4.9  Untuk mengetahui proses perencanaan pendidikan karakter di sekolah.
1.4.10  Untuk mengetahui aktivitas pendidikan berkarak
1.4.11  Untuk mengetahui peran guru dalam membentuk karakter siswa.
1.4.12   Mengetahui penyimpangan karakter pada siswa.
1.4.13  Untuk mengetahui upaya mengurangi atau bahkan menghilangkan penyimpangan karakter.
1.4.14  Mengetahui cara menumbuhkan pendidikan berkarakter pada jati diri siswa.






1.5      Manfaat Penulisan.
Dari tujuan penulisan tersebut, dapat ditulis manfaat penulisan, sebagai berikut :

1.5.1  Agar pembaca mengetahui fungsi dan tujuan Pendidikan Karakter.
1.5.2  Agar pembaca mengerti nilai-nilai pendidikan berkarakter.
1.5.3  Agar mengetahui proses perencanaan pendidikan karakter di sekolah menengah pertama.
1.5.4  Agar mengetahui aktivitas pendidikan berkarakter di sekolah
1.5.5  Agar mengetahui peran guru dalam membentuk karakter siswa
1.5.6  Agar pembaca mengerti penyimpangan karakter pada siswa
1.5.7  Agar pembaca mengetahui upaya mengurangi atau bahkan menghilangkan penyimpangan karakter
1.5.8  Agar pembaca mengerti cara menumbuhkan pendidikan berkarakter pada jati diri siswa

1.6    Metode penelitian
1.6.1   Mengamati kondisi di lapangan
1.6.2   Browsing di Internet.
1.6.2   Membaca buku pendukung




Bab II
Pembahasan


2.1   Pengertian Pendidikan Berkarakter.
Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada siswa sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan. Untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, dan  sesama.Untuk itu proses pendidikan karakter di sekolah melibatkan semua komponen seperti isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, kualitas hubungan, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan ekstrakurikuler, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan kerja seluruh warga dan lingkungan sekolah.
Adapun pengertian pendidikan berkarakter menurut para ahli :
     Pendidikan Karakter Menurut Lickona, yaitu suatu usaha yang disengaja untuk membantu seseorang sehingga ia dapat memahami, memperhatikan, dan melakukan nilai-nilai etika yang inti.
     Pendidikan Karakter Menurut Suyanto, yaitu  cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, maupun  negara.
       


     Menurut Ratna Megawangi (2004:95), “Sebuah usaha untuk mendidik anak – anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktekkannya dalm kehidupan sehari – hari, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungannya”.
      Definisi lainnya dikemukakan oleh Fakry Gaffar (2010:1), “Sebuah proses transformasi nilai – nilai kehidupan untuk ditumbuh kembangkan dalam kepribadian seseorang sehingga menjadi satudalam perilaku kehidupan orang itu”
       Dalam buku Pendidikan Karakter, Kajian Teori dan Praktik di Sekolah (2011:5), “Pembelajaran yang mengarah pada penguatan dan pengembangan perilaku anak secara utuh yang didasarkan pada suatu nilai tertentu yang dirujuk oleh sekolah”.
       Pendidikan Karakter Menurut Kamus Psikologi, yaitu kepribadian ditinjau dari titik tolak etis atau moral, misalnya kejujuran seseorang, dan biasanya berkaitan dengan sifat-sifat yang relatif tetap (Dali Gulo, 1982: p.29).












2.2 Perbedaan Karakter dan Kepribadian.
Kepribadian adalah hadiah dari Tuhan Sang Pencipta saat manusia dilahirkan dan setiap orang yang memiliki kepribadian pasti ada kelemahannya dan kelebihannya di aspek kehidupan sosial dan masing-masing pribadi. Kepribadian manusia secara umum ada 4, yaitu :

1.   Koleris : tipe ini bercirikan pribadi yang suka kemandirian, tegas, berapi-api, suka tantangan, bos atas dirinya sendiri.
2.   Sanguinis : tipe ini bercirikan suka dengan hal praktis, happy dan ceria selalu, suka kejutan, suka sekali dengan kegiatan social dan bersenang-senang.
3.   Phlegmatis :  tipe ini bercirikan suka bekerjasama, menghindari konflik, tidak suka perubahan mendadak, teman bicara yang enak, menyukai hal yang pasti.
4.   Melankolis : tipe ini bercirikan suka dengan hal detil, menyimpan kemarahan, Perfection, suka instruksi yang jelas, kegiatan rutin sangat disukai.

Saat setiap manusia belajar untuk mengatasi dan memperbaiki kelemahannya, serta memunculkan kebiasaan positif yang baru, inilah yang disebut dengan Karakter. Misalnya, seorang dengan kepribadian Sanguin yang sangat suka bercanda dan terkesan tidak serius, lalu sadar dan belajar sehingga mampu membawa dirinya untuk bersikap serius dalam situasi yang membutuhkan ketenangan dan perhatian fokus, itulah KarakterPendidikan Karakter adalah pemberian pandangan mengenai berbagai jenis nilai hidup, seperti kejujuran, kecerdasan, kepedulian dan lain-lainnya.
Dan itu adalah pilihan dari masing-masing individu yang perlu dikembangkan dan perlu di bina, sejak usia dini(idealnya).
Karakter tidak bisa diwariskan, karakter tidak bisa dibeli dan karakter tidak bisa ditukar. Karakter harus dibangun dan dikembangkan secara sadar hari demi hari dengan melalui suatu proses yang tidak instan. Karakter bukanlah sesuatu bawaan sejak lahir yang tidak dapat diubah lagi seperti sidik jari.Banyak kami perhatikan bahwa orang-orang dengan karakter buruk cenderung mempersalahkan keadaan mereka. Mereka sering menyatakan bahwa cara mereka dibesarkan yang salah, kesulitan keuangan, perlakuan orang lain atau kondisi lainnya yang menjadikan mereka seperti sekarang ini. Memang benar bahwa dalam kehidupan, kita harus menghadapi banyak hal di luar kendali kita, namun karakter Anda tidaklah demikian. Karakter Anda selalu merupakan hasil pilihan Anda.
Ketahuilah bahwa Anda mempunyai potensi untuk menjadi seorang pribadi yang berkarakter, upayakanlah itu. Karakter, lebih dari apapun dan akan menjadikan Anda seorang pribadi yang memiliki nilai tambah. Karakter akan melindungi segala sesuatu yang Anda hargai dalam kehidupan ini.
Setiap orang bertanggung jawab atas karakternya. Anda memiliki kontrol penuh atas karakter Anda, artinya Anda tidak dapat menyalahkan orang lain atas karakter Anda yang buruk karena Anda yang bertanggung jawab penuh.
Mengembangkan karakter adalah tanggung jawab pribadi Anda.


2.3 Sejarah Munculnya Pendidikan Karakter

Pendidikan Karakter dipakai secara khusus dalam konteks pendidikan, dan baru muncul pada akhir abd ke-18, dan untuk pertam kalinya dicetuskan oleh pedadog Jerman F.W Foerster. Terminologi ini mengacu pada sebuah pendekatan idealis-spiritualis dalam pendidikan yang juga dikenal dengan teori Pendidikan Normatif. Yang menjadi prioritas ialah nilai – nilai teransenden yang dipercaya sebagai motor penggerak sejarah, baik individu maupun bagi sebuah perubahan sosial.
Namun sebenarnya Pendidikan Karakter telah lama menjadi bagian inti sejarah pandidikan itu sendiri.
Lahirnya Pendidikan Karakter bisa dikatakan sebagai sebuah usaha untuk menghidupkan kembali pedagogi ideal-spiritual yang sempat hilang oleh Positivme yang dipelopori oleh filsuf Perancis Auguste Comte. Foerster menolak gagasan yangmeredusir pengalaman manusia pada sekedar bentuk murni hidup alamiah.

2.4 Nilai-nilai Dalam Pendidikan karakter

Ada 18 butir nilai-nilai pendidikan karakter yaitu , Religius, Jujur,Toleransi, Disiplin, Kerja Keras, Kreatif, Mandiri, Demokratis, Rasa Ingin Tahu,Semangat Kebangsaan,Cinta tanah air,Menghargai prestasi,Bersahabat/komunikatif,Cinta Damai,Gemar membaca, Pedulilingkungan, Peduli social, Tanggung jawab.

2.5 Contoh Program Pendidikan karakter.

2.5.1 Lingkungan Sekolah:
o  Training Guru
Terkait dengan program pendidikan karakter disekolah, bagaimana menjalankan dan melaksanakan pendidikan karakter disekolah, serta bagaimana cara menyusun program dan melaksanakannya, dari gagasan ke tindakan.
Program ini membekali dan memberikan wawasan pada guru tentang psikologi anak, cara mendidik anak dengan memahami mekanisme pikiran anak dan 3 faktor kunci untuk menciptakan anak sukses, serta kiat praktis dalam memahami dan mengatasi anak yang “bermasalah” dengan perilakunya.
o  Program Bimbingan Mental
Program ini terbagi menjadi dua sesi program :
Sesi Workshop Therapy, yang dirancang khusus untuk siswa usia 12 -18 tahun. Workshop ini bertujuan mengubah serta membimbing mental anak usia remaja. Workshop ini bekerja sebagai “mesin perubahan instant” maksudnya setelah mengikuti program ini anak didik akan berubah seketika menjadi anak yang lebih positif.
Sesi Seminar Khusus Orangtua Siswa, membantu orangtua mengenali anaknya dan memperlakukan anak dengan lebih baik, agar anak lebih sukses dalam kehidupannya. Dalam seminar ini orangtua akan mempelajari pengetahuan dasar yang sangat bagus untuk mempelajari berbagai teori psikologi anak dan keluarga. Memahami konsep menangani anak di rumah dan di sekolah, serta lebih mudah mengerti dan memahami jalan pikiran anak, pasangan dan orang lain.
2.5.2 Lingkungan Keluarga:
o  Membangun Karakter Anak Sejak Usia Dini.
Karakter akan terbentuk sebagai hasil pemahaman 3 hubungan yang pasti dialami setiap manusia (triangle relationship), yaitu hubungan dengan diri sendiri (intrapersonal), dengan lingkungan (hubungan sosial dan alam sekitar), dan hubungan dengan Tuhan YME (spiritual). Setiap hasil hubungan tersebut akan memberikan pemaknaan/pemahaman yang pada akhirnya menjadi nilai dan keyakinan anak. Cara anak memahami bentuk hubungan tersebut akan menentukan cara anak memperlakukan dunianya. Pemahaman negatif akan berimbas pada perlakuan yang negatif dan pemahaman yang positif akan memperlakukan dunianya dengan positif. Untuk itu, Tumbuhkan pemahaman positif pada diri anak sejak usia dini, salah satunya dengan cara memberikan kepercayaan pada anak untuk mengambil keputusan untuk dirinya sendiri, membantu anak mengarahkan potensinya dengan begitu mereka lebih mampu untuk bereksplorasi dengan sendirinya, tidak menekannya baik secara langsung atau secara halus, dan seterusnya.
Biasakan anak bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Ingat pilihan terhadap lingkungan sangat menentukan pembentukan karakter anak. Seperti kata pepatah bergaul dengan penjual minyak wangi akan ikut wangi, bergaul dengan penjual ikan akan ikut amis. Seperti itulah, lingkungan baik dan sehat akan menumbuhkan karakter sehat dan baik, begitu pula sebaliknya. Dan yang tidak bisa diabaikan adalah membangun hubungan spiritual dengan Tuhan Yang Maha Esa.
Hubungan spiritual dengan Tuhan YME terbangun melalui pelaksanaan dan penghayatan ibadah ritual yang terimplementasi pada kehidupan sosial.

2.6   Fungsi dan tujuan Pendidikan Karakter.
          Pendidikan karakter berfungsi untuk:
Ö        mengembangkan potensi dasar siswa agar berhati baik, berpikiran baik, dan berperilaku baik.
Ö        memperkuat dan membangun perilaku siswa yang multikultur.
Ö        meningkatkan peradaban siswa yang kompetitif dalam pergaulan.

2.7 Prinsip Pendidikan Karakter
Character Education Quality Standards merekomendaikan sebelas prinsip untuk mewujudkan pendidikan karakter yang efektif, sebagai berikut:

Ø Mempromosikan nilai-nilai dasar etika sebagai basis karakter.

Ø Mengidentifikasikan karakter secara komprehensif supaya mencakup pemikiran,  perasaan dan perilaku.

Ø Mengguanakan pendekatan yang tajam, proaktif dan efektif untuk membangun karakter.

Ø Menciptakan komunitas sekolah yang memiliki kepedulian.

Ø Memberi kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan perilaku yang baik.  

Ø Memiliki cakupan terhadap kurikulum yang bermakna dan menantang yang menghargai semua siswa, membangun karakter mereka dan membantu mereka untuk sukses.

Ø Mengusahakan tumbuhnya motivasi diri para siswa

Ø Memfungsikan seluruh staf sekolah sebagai komunitas moral yang berbagi tanggung jawab untuk pendidikan karakter yang setia kepada nilai dasar yang sama.

Ø Adanya pembagian kepimpinan moral dan dukungan luas dalam membangun inisiatif pendidikan karakter.

Ø Memfungsikan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra dalam usaha membangun karakter.

Ø Mengevaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai guru-guru karakter, dan manifestasi karakter positif dalam kehidupan siswa.







2.8  Aktivitas pendidikan berkarakter di sekolah.
a.   Pembelajaran umum
Dilakukan secara bersama (semua jenjang atau perjenjang kelas), dengan aktivitas: seminar, talk show, kesaksian, demonstrasi (seni, OR, ketrampilan, kreativitas, dan lain-lain yang sudah dimiliki siswa melalui kegiatan ekstrakurikuler maupun mandiri). Tujuan: Menambah wawasan, mengembangkan adversity question, spiritual question. Pengenalan diri dan kemampuan mengeksplorasi diri serta penghargaan terhadap kemampuan orang lain.

b.   Pembelajaran klasikal
Dilakukan di dalam kelas dengan berbagai metode dan topik yang mengacu pada kompetensi dasar:

1). Sikap dan perilaku yang hubungannya dengan Tuhan
2). Sikap dan perilaku yang hubungannya dengan diri sendiri
3). Sikap dan perilaku yang hubungannya dengan keluarga
4). Sikap dan perilaku yang hubungannya dengan masyarakat dan bangsa
5). Sikap dan perilaku yang hubungannya dengan alam sekitar.





c.    Pembelajaran lapangan/pendidikan berbasis masyarakat/sekolah alam
Program kegiatan: live in, bakti sosial, Camp (perkemahan), sanggar belajar.

Tujuan: agar siswa mengenal dan mampu beradaptasi serta berinteraksi secara sehat dengan masyarakat yang heterogen tanpa kehilangan identitas diri. Meningkatkan dan mewujudkan kepedulian dan kepekaan sosial.
Mengenal dan mampu beradaptasi serta memanfaatkan lingkungan bagi kesejahteraan hidup. Mengembangkan minat dan menumbuhkan motivasi instrinsik serta dapat mengembangkan dan memperoleh pengalaman.

d.   Pendampingan mentor
Penunjukan siswa senior untuk dapat memberikan pendampingan terhadap yuniornya dalam menghadapi berbagi problematika pengembangan diri dan pergaulan. Tujuan: melatih kemandirian dan memupuk rasa tanggung jawab. Mampu memahami perasaan dan masalah orang lain serta mendengarkan ide-ide dan mengatasi masalah secara bertanggung jawab.  Meningkatkan rasa percaya diri dan hubungan yang mendalam serta penerimaan apa adanya terhadap orang lain. Memperdalam pemahaman nilai-nilai moral dan kebenaran.



e.   Belajar membelajarkan
Aktivitas dilakukan dalam kelompok kecil di kelas dengan membahas topik-topik permasalah/isu-isu up to date dalam diri siswa dan di masyarakat. Guru bertindak sebagai pengamat. Tujuan: memupuk dan mengembangkan cara berpikir kritis, kreatif, etis dan menghargai orang lain.

Mengembangkan rasa percaya diri, berani namun sopan. 
Menguatkan nilai-nilai moral dan kebenaran yang telah dimiliki.
Sistem evaluasi pendidikan karakter:
Evaluasi pendidikan karakter mencakup 3 aspek kecerdasan:

a. Kognitif: melalui obyektif test dan essay test
b.
Afekti dan konatif: melalui essay test dan pengamatan
c.
Psikomotorik: melalui pengamatan












2.9 Peran guru dalam membentuk karakter siswa.

Selain guru mengajar dan mendidik siswanya, prilaku dan tingkah laku guru biasanya ditiru oleh siswa. Perilaku ini akan membentuk karakter siswa. Contohnya :
«   Guru datang tepat waktu (contoh nilai yang ditanamkan: disiplin)
«   Guru mengucapkan salam dengan ramah kepada siswa ketika memasuki ruang kelas (contoh nilai yang ditanamkan: santun, peduli)
«   Berdoa sebelum membuka pelajaran (contoh nilai yang ditanamkan: religius)
«   Mengecek kehadiran siswa (contoh nilai yang ditanamkan: disiplin, rajin)
«   Mendoakan siswa yang tidak hadir karena sakit atau karena halangan lainnya (contoh nilai yang ditanamkan: religius, peduli)
«   Memastikan bahwa setiap siswa datang tepat waktu (contoh nilai yang ditanamkan: disiplin)
«   Menegur siswa yang terlambat dengan sopan (contoh nilai yang ditanamkan: disiplin, santun, peduli








2.10 Penyimpangan karakter pada siswa.

Meskipun guru telah mengajarkan nilai-nilai karakter yang baik kepada siswa, kadangkala siswa tidak menuruti atau tidak mematuhi nilai karakter tersebut. Contohnya :
1.   Siswa tidak jujur ketika mengerjakan soal ujian.
2.   Tidak disiplin ketika mengikuti upacara bendera
  (tidak memakai atribut yang lengkap) .
3.   Tidak bertanggung jawab terhadap kesalahan.
4.    Bertengkar karena suatu permasalahan
 (merupakan contoh siswa yang tidak cinta damai)
5.   Dll.
Upaya mengurangi atau bahkan menghilangkan penyimpangan karakter pada siswa.
À     Bagi orang tua, sebaiknya lebih memperhatikan anaknya
À     Orangtua mengutamakan waktu bersama dengan keluarga walaupun jam kerja padat
À     Bagi para guru, sebaiknya mulai menerapkan proses pembelajaran yang aktif dan menyenangkan serta membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam suatu mata pelajaran.

À     Guru yang menjadi contoh dan panutan di sekolah juga harus dapat memberi contoh yang baik kepada murid-muridnya, seperti berpakaian rapi, berkata sopan, disiplin, perhatian kepada murid dan menjaga kebersihan.
À     Melakukan kegiatan-kegiatan rutin di sekolah, seperti setiap hari senin melakukan upacara bendera, berdoa sebelum dan sesudah pelajaran, mengucap salam bila bertemu guru atau teman.
À     Mengkoreksi perbuatan yang kurang baik secara spontan, misalnya menegur ketika siswa berteriak-teriak ketika proses pembelajaran berlangsung.
À     Memuji perbuatan yang baik , misalnya memperoleh nilai tinggi, membantu teman atu bahkan memperoleh prestasi dibidang seni atau olahraga.
À     Sekolah sebaiknya mendukung program pendidikan budaya dan karakter bangsa dalam perwujudan misalnya toilet sekolah yang bersih, bak sampah terletak di berbagai tempat dan kondisi sekolah yang bersih.
À     Kita sendiri sebagai pelajar, hendaknya dapat menyaring hal-hal yang baik menurut kita dan hal-hal yang buruk bagi kita.

2.11 Cara menumbuhkan pendidikan berkarakter pada jati diri siswa.
§  Dibekali dengan ilmu pengetahuan
§  Meningkatkan motivasi siswa dalam meraih prestasi.
§  Memberi ruang kepercayaaan pada diri bahwa karakter yang tidak baik bisa diubah menjadi karakter yang baik.
§  Antara siswa dengan guru sering berinteraksi,di dalam kelas maupun di luar kelas.
§  Berani mengakui kesalahan dan mau berubah.
§  Harus menyelesaikan setiap persoalan yang masih belum terselesaikan.
§  Dll.




2.12 Contoh-contoh perilaku penurunan moral

Ada beberapa peristiwa yang tergolong penyimpangan karakter di negeri ini. Contoh kecil saja, di zaman yang sudah modern ini banyak orang yang lupa beretika, lupa menjaga sopan santun, tak mau saling tolong menolong, tak bertanggung jawab, tidak tahu batas-batas pergaulan dan masih banyak lagi. Hal sekecil itu saja sudah tak terkendali, apalagi hal yang besar.
Realitanya, banyak makelar kasus, penggelapan pajak, korupsi, kejahatan yang dilakukan oleh oknum-oknum tak bertanggung jawab dan yang amat sangat memprihatinkan adalah perilaku remaja Indonesia yang masih berada di usia sekolah. Menurut survey, pada tahun 2008 yang dilakukan di 33 provinsi di Indonesia sekitar 18.000 penduduk Indonesia terjangkit penyakit HIV dan AIDS, 63% remaja melakukan hubungan seksual di luar nikah, 21% diantaranya melakukan aborsi dan sekitar 3,2 juta penduduk Indonesia adalah pemakai narkoba dan 1,1 juta diantaranya adalah pelajar tingkat SMP hingga mahasiswa. Keadaan inilah yang membuat keadaan negeri ini semakin buruk.









2.13 Sebab-sebab penurunan moral

Orang tua merupakan orang yang paling dekat dengan anak sekaligus orang pertama yang memberikan kasih sayang, bahkan ketika anak itu masih ada dalam kandungan.

Contohnya saja seorang ayah mengumandangkan adzan dengan lirih di telinga sang anak ketika ia baru saja dilahirkan, itulah bekal awal untuk mengawali hidup dengan kebaikan. Sedangkan, ketika sang anak hendak tidur, ibulah yang menenangkan atau membacakan dongeng untuknya.

Tidak hanya itu, ayah dan ibu juga mengajari putra putrinya berjalan, berbicara dan mulai berkomunikasi dengan orang lain. Dengan begitulah, orang tua memberi bekal utama dalam megendalikan anaknya untuk menjadi anak yang baik.

Namun, kenyataannya ada orang tua yang belum mengerti bagaimana cara mengasuh anak dengan penuh cinta dan kasih sayang. Buktinya, ada saja orang tua yang menitipkan anaknya kepada babby sitter atau pembantu rumah tangga.

Sehingga, anak tersebut mendapatkan pendampingan  tumbuh dan berkembang bukan dari orang tua yang sudah berkeahlian mengurus anak dan tidak pula orang tua itu menjadi pendamping terindah ketika anaknya tumbuh. Ada saja alasan yang dijadikan para orang tua untuk memutuskan menitipkan anak kepada babby sitter.

Salah satu alasan andalannya adalah karena harus mencari nafkah untuk membiayai anak itu, padatnya jam kerja dan lain sebagainya. Seharusnya tidak begitu. Boleh saja bekerja, tanpa melupakan tugas utama sebagai orang tua.

Ada pepatah bilang, bahwa “segala sesuatu yang ditangani oleh orang yang bukan ahlinya, tunggulah saat kehancurannya.” Berarti harusnya para orang tua harus memiliki kemampuan dalam hal mengurus anak.

Tidak hanya itu, bentuk perlakuan yang diterima anak dari orang tua dan lingkungan, menentukan kualitas kepribadian seorang individu. Seseorang yang memiliki kepribadian lemah karena ia kurang mendapat perhatian penuh dari orang tua, kurang rasa aman, sering dimanjakan.

Sebaliknya, seseorang yang memiliki kepribadian yang kuat karena ia telah mendapat perhatian penuh dari orang tua, kehangatan jiwa dan pemberian pengalaman hidup dari orang tuanya.
Peran kedua sebagai seseorang yang mengembangkan karakter anak adalah guru.

Sebagai seorang guru, hendaknya memiliki kemampuan dalam mendidik siswanya terutama sering-sering mengecek siswanya. Tidak hanya sekedar menghabiskan bab-bab pada buku pelajaran, sekedar menyampaikan informasi atau mengejar target kurikulum
Menurut pengakuan salah satu siswa, ada saja Penyakit guru yang dapat mempengaruhi proses belajar mengajar di kelas, diantaranya :

1.   Tidak punya selera mengajar
2.   Kurang memperkaya materi (lemah sumber)
3.   Kurang disiplin
4.   Asal masuk kelas
5.   Tidak bisa komputer
6.   Kurang terampil
7.   Asal sampaikan materi, urutan tidak akurat
8.   Di kelas diremehkan anak

Hal yang seperti inilah yang bisa menjadi salah satu penghambatnya.

Peran ketiga adalah masyarakat atau tempat anak itu tinggal atau bermain atau bergaul. Anak bisa terkontaminasi kebiasaan yang buruk akibat pengaruh luar. Sehingga, sedini mungkin orang tua harus bisa menjaga anak-anaknya dari pengaruh luar yang negatif.








2.14 Dampak penurunan moral

2.14.1  Banyak anak berperilaku anarkis
2.14.2 Banyak anak tidak memiliki sikap yang santun terhadap orang lain
2.14.3 Tidak mau tolong menolong dengan sesama
2.14.4 Tidak menghargai sesuatu
2.14.5 Banyak terjadi pemberontakan yang dilakukan anak terhadap orang tuanya
2.14.6 Perubahan gaya hidup, mulai dari nilai-nilai agama, social dan budaya
2.14.7   Jati diri bangsa Indonesia luntur

2.15 Upaya meminimalisir penurunan moral

2.15.1  Bagi pra orang tua, sebaiknya mulai sekarang belajar bagaimana mengasuh anak yang baik dan benar dengan cara mengikuti parenting education
2.15.2  Lebih memperhatikan anak dan mendampingi anak dalam situasi apapun
2.15.3 Mengutamakan waktu bersama dengan keluarga walaupun jam kerja padat
2.15.4  Bagi para guru, sebaiknya mulai menerapkan proses pembelajaran yang aktif dan menyenangkan serta membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam suatu mata pelajaran.
2.15.5  Guru yang menjadi contoh dan panutan di sekolah juga harus dapat memberi contoh yang baik kepada murid-muridnya, seperti berpakaian rapi, berkata sopan, disiplin, perhatian kepada murid dan menjaga kebersihan.
2.15.6  Melakukan kegiatan-kegiatan rutin di sekolah, seperti setiap hari senin melakukan upacar bendera, berdoa sebelum dan sesudah pelajaran, mengucap salam bila bertemu guru atau teman
2.15.7  Mengkoreksi perbuatan yang kurang baik secara spontan, misalnya menegur ketika siswa berteriak-teriak ketika proses pembelajaran berlangsung
2.15.8  Memuji perbuatan tepuji, misalnya memperoleh nilai tinggi, membantu teman atu bahkan memperoleh prestasi dibidang seni atau olahraga
2.15.9  Sekolah sebaiknya mendukung program pendidikan budaya ddan karakter bangsa dalam perwujudan misalnya toilet sekolah yang bersih, bak sampah terletak di berbagai tempat dan kondisi sekolah yang bersih
2.15.10  Kita sendiri sebagai pelajar, hendaknya dapat menyaring hal-hal yang baik menurut kita dan hal-hal yang buruk bagi kita

2.16 Pengaruh penurunan moral terhadap prestasi belajar

Sebuah penelitian yang sangat mengejutkan yang menyangkut kecerdasan seseorang dalam meraih kesuksesan pernah dikemukakan oleh pakar kelas dunia, Daniel Goleman yang menyatakan bahwa “80% kesuksesan seseorang ditentukan oleh kecerdasan emosinya (emotional quotient=eq), sedangkan 20% ditentukan oleh IQnya.” Disinilah pembentukan karakter itu sangat berperan untuk meraih kesuksesan. Jadi dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter dapat dijadikan obat agar terjadi peningkatan prestasi akademik pada siswa 
2.17   Pendidikan Karakter yang Berhasil.

Keberhasilan program pendidikan karakter dapat diketahui melalui pencapaian indikator oleh peserta didik sebagaimana tercantum dalam Standar Kompetensi Lulusan SMP, yang antara lain meliputi sebagai berikut:

§  Mengamalkan ajaran agama yang dianut sesuai dengan tahap perkembangan remaja

§  Memahami kekurangan dan kelebihan diri sendiri.

§  Mematuhi aturan-aturan sosial yang berlaku dalam lingkungan yang lebih luas.

§  Menghargai keberagaman agama, budaya, suku, ras, dan golongan sosial ekonomi dalam lingkup nasional.

§  Menunjukkan sikap percaya diri.

§  Mencari dan menerapkan informasi dari lingkungan sekitar dan sumber-sumber lain secara logis, kritis,dankreatif.

§  Menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif.

§  Menunjukkan kemampuan belajar secara mandiri sesuai dengan potensi yang dimilikinya.

§  Menunjukkan kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.

§  Mendeskripsikan gejala alam dan social.

§  Memanfaatkan lingkungan secara bertanggungjawab.

§  Menerapkan nilai-nilai kebersamaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara demi terwujudnya persatuan dalam Negara kesatuan Republik Indonesia.

§  Menghargai karyaseni dan budayanasional.

§  Menghargai tugas pekerjaan dan memiliki kemampuan untuk berkarya.

§  Menerapkan hidup bersih, sehat, bugar, aman, dan memanfaatkan waktu luang dengan baik.

§  Berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan santun.

§  Memahami hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam pergaulan di masyarakat;
§  Menghargai adanya perbedaan pendapat.

§  Menunjukkan kegemaran membaca dan menulis naskah pendek sederhana.

§  Menunjukkan keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis dalam bahasa Indonesia danbahasa Inggris sederhana.

§  Menguasai pengetahuan yang diperlukan untuk mengikuti pendidikan menengah.

§  Memiliki jiwa kewirausahaan.

§  Menunjukkan sikap percaya diri.

Pada tataran sekolah, kriteria pencapaian pendidikan karakter adalah terbentuknya budaya sekolah, yaitu perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol yang dipraktikkan oleh semua warga sekolah, dan masyarakat sekitar sekolah harus berlandaskan nilai-nilai tersebut.













BAB III
PENUTUP

·       KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas penulis dapat menyimpulkan beberapa kategori yaitu:
Bangsa Indonesia telah berusaha untuk meningkatkan kesesuaian dan mutu pendidikan karakter melalui sekolah-sekolah, terutama Sekolah Menengah Pertama (SMP), karena anak usia SMP sangat cocok untuk diberi pembelajaran tentang pendidikan karakter.
Guru adalah orang tua para siswa. Karenanya, Rosulullah melarang para orangtua (guru) mendoakan keburukan bagi anak-didiknya. Mendoakan keburukan kepada anak merupakan hal yang berbahaya. Dapat mengakibatkan kehancuran anak dan masa depannya.
Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang.
Bila pendidikan karakter telah mencapai keberhasilan, tidak diragukan lagi kalau masa depan bangsa Indonesia ini akan mengalami perubahan menuju kejayaan. Dan bila pendidikan karakter ini mengalami kegagalan sudah pasti dampaknya akan sangat besar bagi bangsa ini, negara kita akan semakin ketinggalan dari negara-negara lain.












DAFTAR PUSTAKA


Wurianto, Arif Budi. 2010. Pendidikan Karakter ( Character Building). Jakarta : Erlangga

Zuriah, Nurul. 2007. Pendidikan Moral & Budi Pekerti Dalam Perspektif Perubahan. Jakarta: Bumi Aksara.


Komentar

Postingan Populer